Rabu, 27 Agustus 2008

Harus Pinter atau Pura-Pura Bego?

Naik taksi di kota Jakarta kadang sudah menjadi kebiasaan orang Jakarta, begitupun saya (walaupun kadang-kadang agak tekor juga kalau kemana-mana naik taksi). Seperti yang kita ketahui bahwa taksi di Jakarta banyak banget dari yang warnanya biru muda, biru tua, pink muda, kuning muda, kunign tua,hijau muda, hijau tua, orange, putih dan kalo ga salah ada juga yang hitam. Dan yang paling banyak di pilih orang adalah si biru muda dan si putih, mungkin karena pelayanan dan bentuk mobilnya yang masih bagus, begitupun saya. Saya selalu memilih si putih untuk berpergian kesana kemari karena memang tarifnya masih tarif bawah (seperti yang tertulis di kaca-kaca depan taksi tersebut). Tapi suatu kali saya memilih taksi warna hijau tua, ngga tau kenapa saya memberhetikan taksi tersebut..padahal saya paling takut banget kalau harus naik taksi warna lain, mungkin karena sering dikirimin email-email mengenai pengalaman-pengalaman buruk temen-temen ketika naik taksi selain warna biru dan putih. Tapi kali ini saya merasa yakin untuk memberhentikan taksi itu (sampai sekarang saya masih ngga tau alesannya apa)

Ketika saya membuka pintu, si supir menyapa saya dengan ramah dan tersenyum, dan menanyakan arah tujuan saya. Dengan sedikit was-was saya menjawab dan cepat-cepat mengambil HP. Langsung menghubungi adik saya, dan kemudian berbincang-bincang sedikit Hal ini saya lakukan supaya orang terdekat saya tahu kalau saya saat ini sedang naik taksi (trik ini saya dapat dr teman saya, katanya kl kita naik taksi jng lupa menghubungi teman atau keluarga, dan memberitahukan mereka taksi apa yang sedang kita gunakan jadi kalau ada sesuatu yang terjadi ada orang yang tau keberadaan kita yang terakhir).

Setelah ngga ada bahan obrolan, saya menutup telpon. Terdiamm,…sunyi,, dan sampai akhirnya saya mendengar percakapan si supir dng orang yang di hubunginya.

“Hello.. R (inisial nama si supir) speaking”
“How are you Miss. A?”
“Do you remember me?”

Sedikit menguping sih..tp gimana lagi namanya juga satu mobil masa tutup kuping, atau pura-pura gak denger. Sambil mendengar percakpannya kira-kira 5 menit lamanya, saya mulai heran dan kagum karena si supir ini jago jg bahasa inggrisnya, ga nyangka gaya bicaranya fasih kaya eksekutif muda yang sedang on line dengan rekan kerjanya. Kalau saya lihat gayanya sih cukup menarik, maksudnya tidak seperti supir taksi lain, dia memakai kacamata hitam, pakaian rapih, dan bawa HP yang diletakan di ikat pinggangnya.

Setelah beberapa lama dia menutup HP nya, dia mendapat telpon lagi dari temannya, dan kemudian berbicara dng bahasa inggris lagi, wah hebat jg pikir saya, tanpa basa basi saya langsung membuka sesi tanya jawab (seperti biasa kalau saya naik taksi sendirian pasti saya mengajak bicara supirnya). Pembicaraan dimulai dari sejak kapan narik taksi, dan sampai akhirnya dia bercerita pengalamannya baru-baru ini, yaitu pengalaman interview di sebuah kantor Kedutaan, sebagai driver. Harapannya besar banget terhadap pekerjaan ini, karena kalau sampai dia diterima dia ngga akan lagi susah mendapatkan penghasilan tetap.
Dengan nada agak menyesal dia menceritakan bahwa dia di tolak. Kenapa? karena alasannya si pak supir ini pintar berbahasa inggris dan fasih sekali. Usut punya usut ternyata kemampuan berbahasa inggris ternyata penilaian kesekian, karena para duta besar tidak mau pembicaraan mereka didengar ataupun dimengerti oleh para supir, mereka takut kalau ada orang yang dapat menjual informasi yang sedang mereka bicarakan dalam kendaraan.
Pak supir taksi juga bilang bahwa sang interviewer pun terheran-heran kenapa seorang supir taksi pintar berbahasa inggris dan bertanya “Apakah anda seorang mata-mata?”
Si pak supir ini pun menjawab bahwa dia bukan siapa-siapa, dan dia berani di periksa di kepolisian. Walaupun sudah menjelaskan sedemikian rupa, tetap saja dia ditolak, maka dengan berbesar hati Pak supir ini pun akhirnya menerima hasil interviewnya yang ditolak. Dia berjanji bahwa lain kali, dia akan pura-pura bego saja kalau suatu saat mengajukan lamaran di kedutaan, karena memang ternyata kemampuan bahasa inggris yang baik tidak menjadi jaminan bisa lolos interview sebagai seorang driver di kedutaan.

Lucu juga yah..ketika kita menjadi diri sendiri dan mengeluarkan kemampuan kita sebenarnya dan yang terbaik, ternyata tidak menjamin untuk bisa keterima di sebuah perusahaan.
Yang saya tarik dari pengalaman ini adalah melamar lah sesuai dengan kemampuan, kapasitas, pengalaman, dan tentunya kebutuhan di perusahaan yang kita lamar. Dan tentunya kita juga harus menganalisa potensi apa saja yang kita miliki supaya kita dapat ‘menjualnya’ dengan baik dan mendapatkan harga yang sesuai. (npP)

1 komentar:

  1. keren yak

    btw,,hijau tua...bukanny msh 1grup am si Biru burung bangau itu c?
    :)

    BalasHapus

Followers